Pekalongan, IDN Times - Kamu penyuka buah Durian? Atau tidak karena aromanya? Apa pun itu, Durian adalah buah khas daerah tropis, seperti Indonesia.
Dalam perjalanannya, Durian membutuhkan peran Kelelawar dalam proses penyerbukan untuk menjadi buah yang legit dan bernilai ekonomi tinggi. Sayangnya, informasi tersebut tidak banyak diketahui khalayak.
Justru stigma terhadap Kelelawar sebagai hewan perusak atau hama pohon Durian turun-temurun masih terjadi sampai saat ini. Salah satunya di Dukuh Mendolo Wetan, Desa Mendolo, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
IDN Times meneliti peran Kelelawar menyerbuki bunga Durian Mendolo khas dukuh tersebut agar masyarakat setempat mendapatkan informasi yang utuh berdasarkan sains. Pohon-pohon buah bernama latin Durio zibethinus itu banyak tumbuh di hutan sekitar dusun tersebut, karena masih satu bentang dengan hutan hujan tropis Petungkriyono.
1. Durian Mendolo adalah durian lokal organik
Pohon Durian ini tumbuh secara alami--dibawa oleh hewan penyebar biji seperti musang, bajing, tupai--dan buatan--berasal dari nenek moyang--. Masyarakat setempat membudidayakannya dengan sistem tanpa perawatan dan tidak menggunakan setek, sehingga meminimalisir aksi penebangan pohon dan deforestasi hutan.
2. Pemanfaatan pohon Durian bagian dari HHBK
Pohon Durian adalah tanaman Multi Purpose Trees Species (MPTS) atau yang memiliki manfaat ganda, karena mampu menghasilkan produk kayu dan produk bukan kayu seperti daun, bunga, serat, dan buah. Penggunaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat setempat diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.77/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019.
3. Petani rata-rata mempunyai 50--100 pohon Durian
Ketinggian pohon Durian mereka umumnya lebih dari 50 meter. Satu petani mampu mendapatkan 500--600 buah Durian Mendolo saat panen yang rutin pada bulan Februari--April setiap tahunnya. Durian itu mereka jual Rp10 ribu per buah.
4. Kapasitas panen Durian Mendolo terus menurun
Anjloknya hasil panen Durian sudah terjadi sejak 13 tahun terakhir, tepatnya sejak tahun 2007. Para petani menduga penurunan merupakan dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang tidak menentu.
5. Kelelawar dituding sebagai penyebab turunnya hasil panen Durian
Stigma Kelelawar adalah hewan perusak atau hama Durian terjadi secara turun-temurun dikalangan para petani. Meski merasa dirugikan, mereka tidak memburu atau membunuh hewan nokturnal tersebut karena memercayai mitos bahwa rezekinya akan kalong (red: berkurang).
6. Kelelawar Megachiroptera punya penglihatan dan penciuman tajam
Kelelawar terbagi menjadi dua sub-Ordo, yaitu Megachiroptera (pemakan buah, nektar, dan serbuk sari) dan Microchiroptera (pemakan serangga). Mereka memiliki fungsi dan peran masing-masing, salah satunya Megachiroptera pemakan nektar dan serbuk sari yang menjadi agen penyerbuk utama buah Durian.
7. Kelelawar ditangkap dan diambil sampel polen
Observasi dilakukan Ahli Kelelawar asal Yogyakarta, Sungkono (30) bersama tiga peneliti muda--Dita putri permatasari (28), Ahmad Saikhu Rifai (26), dan Frendi Irawan (28)--selama kurang lebih dua bulan. Mereka menangkap Kelelawar dengan jaring kabut, lalu mengidentifikasi dan mengecek polen (serbuk sari) yang menempel pada tubuh, terutama di rambut bagian kepala.
8. Karakteristik hutan hujan tropis Petungkriyono menjadi tantangan
Pandemik COVID-19, suhu tipikal hutan hujan tropis dataran rendah yang lembab dan basah, medan terjal disertai curah hujan tinggi, serta cuaca ekstrem di lokasi penelitian Dukuh Mendolo Wetan menjadi tantangan tim peneliti.
9. Tiga jenis Kelelawar diidentifikasi sebagai penyerbuk buah Durian
Dari hasil observasi, ada tiga jenis Kelelawar, yakni Cynopterus brachyotis, Macroglossus sp, dan Cynopterus minutus yang terbukti sebagai penyerbuk buah Durian Mendolo. Mereka memiliki persamaan morfologi seperti lidah yang panjang dan bentuk moncong lebih maju.
10. Polen yang menempel berasal dari buah DurianHasil pengamatan polen--ketiga Kelelawar yang ditangkap--menggunakan mikroskop dan optilab di Laboratorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggunakan mikroskop dan optilab, diketahui berasal dari buah Durian. Tim menyebut besar kemungkinan mereka berasal dari roasting site (tempat bertengger) di sekitar Dukuh Mendolo Wetan karena--karakteristik--daya jelajah terbangnya dibawah 10 kilometer (km).
Hasil pengamatan polen--ketiga Kelelawar yang ditangkap--menggunakan mikroskop dan optilab di Laboratorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggunakan mikroskop dan optilab, diketahui berasal dari buah Durian. Tim menyebut besar kemungkinan mereka berasal dari roasting site (tempat bertengger) di sekitar Dukuh Mendolo Wetan karena--karakteristik--daya jelajah terbangnya dibawah 10 kilometer (km).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Kelelawar berperan menjaga rantai makanan ekologi dan memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat di sekitar hutan hujan tropis Petungkriyono, atas jasa penyerbukan hewan tersebut. Berkat penyerbukan Kelelawar, buah Durian dapat berbuah secara maksimal.
Secara tidak langsung, Kelelawar menjadi kunci keberlangsungan hutan yang menyediakan udara dan air bersih, sekaligus menjaga regenerasi beberapa tanaman yang tumbuh di hutan hujan tropis. Sebab, sebagian besar pohon tidak mampu menghasilkan bibit dan buah tanpa bantuan penyerbukan hewan tersebut.